Keluh Kesah

Kalau Kita Minta Rizqi Diturunkan Semua, Habislah Hidup Kita

Kalau kita minta rizqi diturunkan semua, habislah hidup kita

Kata-kata itu saya dengar secara tidak sengaja dari sebuah ceramah di TikTok.

Lha kok tidak sengaja?

Iya, karena saya jarang banget buka TikTok. Kemarin pun kebetulan mau buat akun untuk salah satu calon channel YouTube saya, eh sekilas lihat video itu dan saya klik.

Yang bikin heran lagi adalah saya dengernya pas lagi kurang bersyukur.

Akhir-akhir ini saya lagi banyak mengeluh dan nggak terima dengan keadaan, seolah-olah tuhan menahan rejeki saya di langit.

Rasanya, banyak hal tidak masuk akal yang saya alami. Cobaan datang begitu aneh dan tidak sejalan dengan hukum alam.

Lho kok bisa gitu?

Ya gimana enggak kesel. Ketika kamu memperjuangkan sesuatu selama bertahun-tahun (merasakan penderitaannya setiap hari, berharap indah pada akhirnya) tapi hasilnya selalu mengecewakan?

Apalagi ketika di saat itu juga kamu mendapatkan masalah yang silih berganti tiada akhir.

Apa iya masih mampu berpikir positif?

Tapi toh kita kesampingkan segala keluhan tadi itu. Sebab manusia diberi akal untuk berpikir.

Alih-alih mengeluh, mari sejenak memikirkan mengapa masalah/cobaan diturunkan dan bagaimana sebuah kejadian/peristiwa begitu beranekaragam dalam hidup ini.

Awalnya, saya lebih percaya bahwa tuhan itu maha Rohman dan Rohim, karena sebutan itulah yang paling sering muncul.

Kata “bismillahhirohmannirrohim” adalah induk dari segala bacaan yang ada pada Al Qur’an, bahkan mau baca doa apapun, itu yang akan selalu disebut.

Kata-kata itulah yang merepresentasikan bahwa Allah itu yang paling utama adalah rohman dan rohim (pengasih dan penyayang).

Tapi berangkat dari pemahaman itu saya jadi berpikir agak tolol. Karena setiap kali mau bermaksiat saya malah bilang “Ah, Allah kan maha pengasih dan penyayang. Gak apa-apa dong bikin dosa“.

Well, saya jadi seketika merasa lupa bahwa ada 97 nama lagi yang tidak saya urusin.

Allah juga maha menghisab (Al Hasiib), juga maha membalas segala perbuatan (Al Muntaqim).

Ya memang sih, dari 99 asmaul husna. 90% lebih porsinya adalah bentuk pengasihan Allah kepada hambanya.

Tapi kalau dipikir-pikir. Kita itu diciptakan, lalu dibebaskan mau berbuat apa (tapi tetap mempertanggungjawabkannya). Eh malah berbuat tercela. Kira-kira kalau kita yang jadi tuhannya gimana?

Jangan jauh-jauh jadi Tuhan deh. Kalau kita punya anak, udah diurusin segala macem eh malah durhaka ke orangtuanya? Gimana tuh rasanya?

Meskipun Tuhan itu maha baik, tapi kita juga harus berusaha tau diri dong (yaaa meskipun itu sangat berat untuk dilakukan).

Nah tapi dari kesadaran diri itulah, kita mampu berpikir lebih jauh lagi.

Salah satu bentuk pemikiran yang lebih jauh adalah kita sadar bahwa Allah maha adil.

Pernah tidak setuju dengan kata-kata itu?

Kalau pernah, berarti kita sama.

Sampai pada akhirnya, saya kenal dengan seseorang yang benar-benar mulia akhlaknya. Dan itu sangat merubah presepsi saya tentang keadilan Allah kepada hambanya.

Selama ini, kita memang hanya bisa berfikir Allah adil kalau 10 dari 10 orang di dalam ruangan (misalnya), sama-sama dikasih rejeki berupa uang 10 juta per bulan. Semuanya sama rata, jadi nggak ada yang iri.

Tapi memang, ada orang yang sedikit berpikir lebih jauh dengan mempertimbangkan hal lain. Misalnya :

Lho, orang ke-10 ini dia berangkat kerja lebih jauh, lebih capek, lebih makan waktu banyak. Mana bisa disamain 10 juta per bulan?

Ada juga yang lebih jauh lagi :

Eh, orang ke-9 ini nanti matinya di umur 25 tahun lho. Dia nggak akan bisa menikmati hidup dengan setara kalau rejekinya disamain

Mungkin ada juga yang berpikir kesini :

Tau nggak, orang ke-8 itu punya kekurangan fisik seperti orang pada umumnya. Dia nggak bisa punya keturunan dan tidak akan mendapatkan hidup normal. Salah satu kebahagiaannya sudah terenggut. Jadi, rejekinya harus ditambah lagi dong

Ternyata sudah banyak juga orang yang sadar bahwa rejeki bukan hanya uang. Tapi juga sehat, umur, kerabat yang baik, waktu luang, makan enak, dsb.

Saya tau kok. Semua kata-kata itu nggak akan mempan untuk orang yang sedang nggak punya duit. Diceramahin begitu nanti malah nyolot gini :

Halah, gua lagi bokek. Jualan nggak laku! Sekarang yang gua butuhin cuma duit. Nggak butuh yang lain. Kalau dikasih duit 1M baru gua bersyukur!

Saya membayangkan orang bergumam seperti itu besoknya malah kecelakaan dan harus off kerja, lalu kehilangan potensi pendapatannya.

Saya yakin, saat itu juga dia merasa bahwa kalau dikasih sehat aja dan bisa lanjut kerja/dagang/usaha, dia pasti udah bersyukur banget.

Pekerja dan pengusaha memang cenderung berbeda prinsipnya. Pengusaha tidak ingin libur karena bisa kehilangan potensi pendapatan/tidak ingin buang-buang waktu/tidak suka nganggur. Sementara pekerja kadang inginnya libur karena bosan bekerja/ingin libur tapi tetep digaji

Jadi, dari situ kita sadar bahwa manusia akan selalu meningkat keinginannya.

Lagi sakit, pengin sehat. Sudah sehat pengin kaya, sudah kaya pengin tenang. Sudah tenang pengin berkuasa. Sudah berkuasa pengin pindah planet. Mau diturutin pun nggak akan ada ujungnya.

Nah jika kita sudah paham :

  • Apa saja bentuk rejeki
  • Seluruh makhluk di muka bumi sudah dijamin & dijatah rezekinya
  • Rezeki sekecil apapun pasti akan diberikan
  • Allah tidak akan mencabut nyawa makhluk jika rezekinya belum terpenuhi, dan
  • Keadilan Allah

Sekarang balik lagi ke kata kata yang saya dengar sebelumnya, yaitu :

Kalau kita minta rizqi diturunkan semua, habislah hidup kita“.

Jujur saya agak kaget dengar itu, karena sebelumnya saya juga dengar sebuah cerita bahwa saking terukurnya Allah memberikan rizqi kepada makhluknya, pernah ada suatu kejadian yang kurang lebih begini :

Ada seorang kakek yang sedang opname di rumah sakit, berbaring sambil merenungkan sisa hidupnya. Disampingnya ada seorang anak makan eskrim, lalu sang kakek minta/ditawarin (saya lupa), pokoknya setelah menjilat es krim tersebut si kakek seketika meninggal dunia.

Dari situ kita bisa ambil pelajaran bahwa rejeki berupa menjilat es krim 1x pun tetap dihitung dan diberikan dulu sebelum Allah mencabut nyawa seseorang.

Allah tidak akan mencabut nyawa seseorang sebelum seluruh jatah rizqinya terpenuhi dan diberikan kepadanya.

Jadi, coba bayangkan jika kita minta segala rezeki yang kita punya di convert jadi duit dan diberikan seketika saat itu juga? Misal kita juga minta jatah rizqi 10 tahun mendatang diberikan sekarang untuk modal usaha?

Ya mungkin usahanya belum jalan, eh kita udah mati duluan. Hahaha. 🤣

Hilang Semangat, Apa Yang Harus Dilakukan?

Kemudian, singkat cerita saya masih mengabaikan kata-kata itu dan tetap tidak bersyukur karena pikiran sedang tidak baik-baik saja.

Besoknya, saya dengar kabar bahwa salah satu teman saya mengalami kecelakaan kerja cukup parah. Tangannya masuk ke mesin pembuat makanan dan mungkin harus di amputasi (saya belum mencari info lebih lanjut, baru kabar sekilas).

Yah jangan ditanya lagi, saya syok mendengar kabar tersebut. Pertama, karena dia adalah teman saya. Dan kedua, salah satu hal yang saya takuti dalam hidup adalah sakit.

Sekedar cerita singkat. Saya dikelilingi oleh orang yang sakit-sakitan parah selama hidupnya. Saya melihat dengan jelas bagaimana penderitaan mereka dan apa saja yang harus dikorbankan, serta merepotkan orang lain.

Itu membuat saya jadi takut sakit. Bayangkan jika di hari tua saya mengalaminya, itu bukan ide bagus. Harusnya bisa produktif & bisa menikmati hidup, eh malah harus berbaring merasakan penderitaan dan merepotkan orang lain.

Saya pun berusaha melakukan segala cara untuk terhindar dari sakit selagi masih muda, salah satunya membangun kebiasaan olahraga kecil dengan Todoist dan mengurangi makanan-makanan sampah yang tidak ada manfaatnya.

Nah setelah mendengar kabar itu, sekarang saya jadi sedikit bersyukur karena andai saja kejadian itu yang mengalami adalah saya, ah saya tidak bisa membayangkan betapa hancurnya hidup ini.

Sambil merenung. Saya jadi ingat segala kata-kata yang pernah terucap oleh rekan kerja saya dulu. Dia begitu kagum dengan hidup salah satu temannya :

Mas, saya tuh punya temen. Dia keliatannya enak banget hidupnya, usahanya maju pesat, istrinya cantik, masih muda udah sukses, bla bla bla (saya lupa dia bilang apa aja). Tapi tau nggak? Ternyata saat saya ketemu dan dia cerita banyak tentang hidupnya, banyak masalah yang saya sendiri bakal sulit menerimanya. Ternyata, kita ini memang harus banyak-banyak bersyukur lho. Karena kita nggak tau cobaan apa yang orang lain hadapi. Dan belum tentu kita bisa menerimanya“.

Dan beberapa cerita lain yang kalau saya tulis bakal kepanjangan

Perubahan Kecil Harus Senantiasa Dihargai, Karena…

Singkatnya, saya tergerak untuk menuliskan artikel ini meskipun sedang nggak mood untuk nulis.

Yaa, semoga kalian bisa memakluminya. 😅🙏

Silahkan ambil positifnya, dan semoga bisa mengingatkan kita untuk dikit-dikit bersyukur (karena kalau langsung banyak pasti susah). 😁

Life is complicated, but you are the mystery solver

Write A Comment