Hai sob, kali ini saya akan berbagi pengalaman ketika off dari media sosial. Ini adalah hari ke-30 (terakhir) dan saya telah mendapatkan banyak manfaatnya.
Meskipun begitu, saya akan mencoba menjelaskan pengalaman yang sejujur-jujurnya. Jadi, tidak akan ada ekspetasi yang terlalu tinggi ataupun terlalu rendah jika kalian ikut melakukannya.
Pertama, saya adalah seorang Digital Creator (Blogger, Youtuber, Content Writer, Jasa Online) yang memanfaatkan sosial media untuk share konten yang telah dibuat.
Jadi, puasa/off dari media sosial merupakan tantangan yang sangat berat dan harus diputuskan dari berbagai pertimbangan.
Namun dilain sisi, saya telah terkena racun dari dampak negatif sosial media, jadi mau tak mau saya harus memaksa diri untuk menghilang dari sosial media selama 30 hari.
Tentu saja contoh ini hanya sebagian kecil saja, karena seorang Nadiem Makarim melakukan puasa/off dari media sosial selama 2.5 tahun.
Yaaa, saya belum bisa menirunya sekarang. Kalau saya tiru, gimana saya mau berkembang sesuai jalan yang telah saya ambil sekarang? 😂
Itu bisa lah dicoba kalau saya udah punya tim atau udah jadi pemimpin sebuah perusahaan. Jadi, kalaupun saya rehat dari social media tak ada dampak buruknya terhadap kelanjutan usaha/bidang yang saya tekuni.
Dari keadaan dilema itu, akhirnya saya memutuskan untuk melakukan puasa/off dari media sosial untuk mengetahui dampaknya. Sebab, kalau belum dicoba mana tau, ya kan?
Dan seperti pada kebanyakan orang, saya menjalaninya selama 30 hari full.
Pengalaman Off Dari Media Sosial : Perubahan Pola Hidup
Di hari-hari pertama, tentu saja perubahan yang paling dapat dirasakan adalah pola hidup.
Dari yang biasanya waktu habis 2-4 jam untuk main sosmed, sekarang waktu tersebut tersedia secara bebas dan saya bingung memanfaatkannya untuk apa.
Hari-hari berjalan lebih lama dari biasanya, dan banyak waktu tersisa meskipun saya telah menyelesaikan target pekerjaan sehari-hari.
Akhirnya saya gunakan waktu tersebut untuk berinteraksi dan memperhatikan lingkungan sekitar, meskipun nggak seberapa.
Tapi itu bagus, karena selama saya bermain sosial media, saya bahkan tidak peduli dengan apa yang ada disekitar, kucing pun sering lupa saya kasih makan.
Lama kelamaan, tingkat stress dan tekanan yang saya alami berkurang drastis setelah melewati 15 hari (sekitar hari ke 17-20).
Dan itu akhirnya berdampak pada cara dan pola pikir saya dalam memandang sesuatu.
Saya jadi punya banyak to do list hingga menginstall aplikasi Todoist yang kemudian membantu kehidupan saya untuk lebih baik lagi.
Karena tingkat stress yang turun, pikiran saya pun menjadi lebih jernih dan memandang masa depan dengan lebih cerah.
Saya lebih memanfaatkan buku untuk menulis hal penting dimana itu hampir tidak pernah saya lakukan sebelumnya.
Saya pun menulis rencana-rencana jangka pendek untuk membangun channel youtube, konten marketing dan melakukannya se-efektif mungkin.
Ada banyak sekali yang tidak bisa saya ceritakan, karena terlalu panjang dan belum tentu sama persis dengan kehidupan kalian.
Karena, jika orang yang melakukan puasa/off dari media sosial punya profesi dan kebiasaan lain dengan saya, maka berbeda pula dampaknya.
Tapi secara garis besar, istirahat dari sosial media punya dampak yang sangat baik bagi kesehatan mental.
7 Manfaat Puasa/Off Dari Media Sosial
Berikut sekilas manfaat dan dampak positif rehat dari social media menurut pengalaman saya pribadi :
1. Lebih Fokus & Produktif
Dampak pertama, tentu saja kita akan menjadi lebih fokus dan produktif, karena tidak ngurusin berbagai drama di sosial media.
Dan itu merupakan modal utama yang sangat berharga untuk membawa kehidupan kita lebih baik lagi.
Sosial media memang tidak akan mengganggu fokus kita jika digunakan pada porsi & fungsi yang semestinya, misal untuk melihat inspirasi dan ide baru dari orang lain.
Tapi SUSAH RASANYA kalau sosial media HANYA digunakan untuk hal positif, karena kita tau bahwa konten yang laris dan gampang viral itu yang murahan dan bikin kontroversi.
Jadi meskipun kita sudah menjaga sosmed untuk kebaikan, ada kalanya kita masih mendapatkan konten negatif.
Nah dengan istirahat dari sosial media, kita nggak akan melihat konten seperti itu lagi. Dan secara otomatis otak akan lebih fokus untuk memikirkan hal penting yang dekat dengan kita.
2. Menghargai Waktu
Ketika baru berjalan beberapa hari, kita mungkin akan merasa gelisah dan sangat kehilangan sesuatu. Tapi jika dilaksanakan dengan penuh tekad, maka kita akan merasakan manfaatnya kelak.
Nah dengan modal pikiran yang jernih tadi, kita pun mulai berpikir bahwa selama ini telah menghabiskan banyak waktu secara sia-sia di sosmed.
Akhirnya, kita akan menghargai sebuah waktu dan menggunakannya untuk melakukan hal yang bermanfaat.
3. Membangun Rutinitas Kecil
Ini mungkin akan berbeda dengan orang lain, tapi pengalaman saya berhenti sosial media membuat kita mampu merancang sebuah rencana, salah satunya rencana jangka pendek dalam membangun rutinitas kecil.
Dalam buku Atomic Habits karya James Clear, telah di jelaskan bahwa kebiasaan/rutinitas kecil akan membuat hidup kita menjadi lebih baik.
Anda bisa menonton kutipan video-nya dibawah ini, karena terdapat pelajaran sangat penting yang bisa merubah hidup seseorang.
4. Lebih Memperhatikan Lingkungan Sekitar
Bagaimanapun juga, kita sebagai seorang manusia tentu butuh interaksi dengan lingkungan sekitar. Entah itu dalam konteks alam, tetangga sekitar atau bahkan hewan peliharaan.
Itulah sebabnya tanpa koneksi yang baik antara manusia satu dengan yang lain, bisa menimbulkan masalah psikologi.
Bahkan, kurang bersentuhan dengan alam pun bisa menjadi dampak yang buruk bagi kesehatan mental (pengalaman pribadi & hasil penelitian).
Maka dari itu, kita yang telah mendapatkan waktu lebih saat rehat dari social media, seharusnya bisa digunakan untuk memperhatikan lingkungan sekitar.
5. Tidak Mudah Stress & Insecure
Disadari atau tidak, ternyata stress dan insecure tidak hanya ditimbulkan dari beratnya kehidupan & ujian. Tapi justru rasa kurang bersyukur akibat setiap hari melihat orang yang lebih baik dari kita.
Tanpa sadar, itu memicu tekanan dari diri sendiri yang bisa membuat stress dan munculnya penyakit insecure.
Dengan lepasnya kehidupan kita dari sosial media, penyakit mental semacam ini pasti akan berkurang dan berangsur-angsur hilang sehingga kita akan lebih bersemangat untuk menjalani hidup.
6. Punya Lebih Banyak Waktu
Poin no 6 sebenarnya hampir sama dengan nomor 2, dimana kita akan mendapatkan waktu lebih yang di awal kita bahkan tidak tau mau dihabiskan untuk apa.
Dan kita harus ingat, nikmat waktu luang adalah anugerah yang patut kita syukuri, karena banyak orang yang sibuk namun tidak jelas sibuknya untuk apa.
Sibuk bukan berarti orang tersebut produktif, dan sebaliknya.
Belajar untuk lebih efisien adalah kunci suksesnya sebuah rencana. Tapi tentu saja, itu tidak bisa digapai dengan mudah.
Dan lagi-lagi, puasa/istirahat dari sosial media memberi manfaat yang begitu berharga, yaitu soal “waktu luang“.
7. Jam Tidur Normal
Ini juga tidak kalah penting untuk disyukuri. Ketika stop bersosial media, maka biasanya apa yang ada dipikiran kita tidak terlalu banyak.
Akibatnya, kita bisa tidur lebih awal tanpa gangguan dari hal lain.
Tapi tentu saja, tidak bisa tidur bukan semata-mata karena sosial media.
Anda sudah tidur siang, main game hingga larut malam dan bahkan berbuat dosa dengan sesama tanpa meminta maaf juga merupakan faktor tidak bisa tidur.
Tapi sialnya, sosial media juga salah satu dari faktor tersebut. Jadi kalau kalian ingin benar-benar merasakan manfaat yang maksimal, sebaiknya perhatikan hal yang lain juga.
Percuma saja off dari media sosial tapi separuh waktunya juga digunakan untuk hal yang tidak bermanfaat (banyak tidur, main game tanpa kenal waktu). 😂
Nah inilah yang harus dibangun oleh kita, yaitu kesadaran diri.
Kesimpulan Off Dari Media Sosial
Mengapa semua manfaat itu muncul setelah melakukan puasa/off dari media sosial? Bukankah sesuatu yang muncul di sosial media sebenarnya sama saja dengan di dunia nyata?
Well, pada dasarnya iya, tapi teknologi sekarang membuat informasi, perbedaan budaya, pendapat, peradaban, pola pikir, status sosial dan bahkan hal negatif masuk dengan kecepatan yang sangat tinggi.
Dimana secara kemampuan, manusia tidak dirancang untuk menerima itu semua dengan sangat cepat & banyak.
Dalam 10 menit saja, kita bisa membaca puluhan bahkan ratusan komentar dengan berbagai sudut pandang.
Kalau di dunia nyata, mana ada?
Debat capress aja paling-paling dihadiri 4 orang dan dibatasi bicara per 3-10 menit. Itupun kalau salah nggak bisa kabur apalagi blokir akun layaknya yang terjadi di sosmed.
Itulah yang terjadi saat ini, otak dipaksa menerima berbagai informasi, cacian, bullying, kata kasar dan perbedaan argumen yang sangat cepat dan banyak, sehingga otak & hati tak kuat dan akhirnya kepanasan.
Muncullah berbagai penyakit mental berupa insecure, kurang percaya diri, iri, dengki, anti demokrasi dan lain sebagainya.
Semoga kesadaran diantara kita mulai terbangun dan jangan sampai jadi kambing gembala dari sebuah alat yang diciptakan untuk menghasilkan uang.
Gunakan teknologi sebagai jalur mendapatkan manfaat, bukan memberikan mudharat.
Merasa Tak Punya Bakat? Kamu Harus Lakukan Ini
Demikianlah pengalaman saya ketika off dari media sosial. Selamat beraktivitas, ambil sisi positifnya dan buang hal negatifnya.
Semoga kita senantiasa dilindungi dari berbagai hal negatif yang timbul di dunia yang semakin tidak menentu. 😀
Stay happy, be calm and keep positive.